Cardiff, Layaknya gadis lain, Dinya Rasool (18) ingin tampil beda dengan mewarnai rambutnya. Namun siapa sangka, usai mewarnai rambutnya ia mengalami alergi hingga berujung pada kebutaan sesaat.
Kebutaan yang dialami Dinya terjadi karena wajahnya membengkak setelah reaksi alergi yang membuat dia terlihat seperti tokoh monster 'Frankenstein'. Wajah Dinya yang membengkak tiga kali dari ukuran asli membuat otaknya tertekan dan sulit menggerakkan otot-otot wajah.
Yang lebih mengejutkan, Dinya mengaku kejadian ini bukan pertama kalinya ia alami. Sebab, saat berumur 15 tahun, ia ternyata juga pernah mengalami pembengkakan wajah setelah menggunakan pewarna rambut. Demikian dikutip dari Daily Mail pada Kamis (22/10/2015).
"Setiap kali wajahku membengkak, aku sama sekali tidak bisa melihat apa pun. Kulit kepalaku terus berdenyut dan cairan nanah mengalir. Aku merasa seperti Frankenstein. Ini adalah hal terburuk yang pernah aku alami semasa hidupku," ungkap Dinya.
Sampai saat ini, kulit kepala Dinya masih mengelupas sampai-sampai ia berjanji tidak akan mewarnai rambutnya lagi dan akan menghargai warna asli rambutnya. Kala itu, bulan Oktober 2012, pertama kalinya Dinya memutuskan mengubah warna rambutnya dari warna coklat gelap menjadi merah untuk menghadiri acara ulang tahun temannya. Merasa sudah sering menggunakan produk pewarna rambut yang sama beberapa kali, ia mengabaikan tes alergi sebelum menggunakannya.
Setelah satu setengah jam, ia membilas rambutnya dengan air. Keesokan harinya, wajah Dinya sudah membengkak dan mata kanannya sudah tertutup. Mengetahui kondisinya, Dinya lantas berteriak memanggil ibunya. Sang ibu pun kaget melihat perubahan wajah Dinya. Ibu Dinya, Barez Saieed (56) pun mengajak putrinya ke University Hospital of Wales di Cardiff.
Setelah diperiksa, dokter curiga bahwa Dinya mengalami alergi produk pewarnaan rambut. Akhrinya ia diberi tetesan morfin, antihistamin, dan steroid untuk mengurangi pembengkakan. Sempat diminta menjalani rawat inap, tapi Dinya menolak. Ia pun lebih memiliki melakukan tes alergi dan kembali lagi ke RS. Di pesta temannya, tidak ada satu pun yang mengenali Dinya karena wajahnya yang membengkak.
"Aku merasa sangat bodoh mengabaikan tes alergi sebelum menggunakan pewarna rambut. Kalau saja aku melakukannya, aku tidak akan menjadi seperti ini jika aku mengikuti instruksi pada kemasannya," lanjut Dinya menyesali perbuatannya. Dibutuhkan waktu tiga hari untuk mengembalikan wajah Dinya menjadi seperti sedia kala, dan ia akhirnya berhenti untuk menggunakan pewarna rambut selama tiga tahun.
Pada bulan Januari tahun ini, Dinya memutuskan untuk mewarnai rambutnya kembali. Walaupun ia masih menunggu jadwal tes alergi, ia bersikeras untuk mengambil risiko. Dengan bekal kepercayaan bahwa ia mengidap alergi terhadap amonia, akhirnya ia memutuskan untuk membeli produk pewarna rambut yang tidak menggunakan amonia. Mengabaikan kekhawatiran ibunya, Dinya mengoleskan obat pewarna itu di belakang kupingnya. Dua hari kemudian, semuanya berjalan dengan normal, dan akhirnya ia mulai untuk menggunakan obat pewarna tersebut.
Seiring dengan warna rambut barunya yang mulai terlihat, kulit kepala Dinya juga mulai terasa mengencang dan gatal. Karena ketakutan, ia membilas rambutnya. Sayangnya, hal tersebut tidak membuat Dinya terhindar dari alergi yang pernah ia alami. Kurang dari empat jam setelah membilas rambutnya, wajah Dinya mulai membengkak. Menurut Dinya, sensasi terbakarnya sama seperti dulu. Ia panik dan mengonsumsi beberapa pil antihistamin berharap bahwa pil ini akan membantu mengurangi bengkaknya.
Tapi, ternyata pil itu tidak menunjukkan efek apa-apa. Akhirnya sang ibu membawa Dinya ke A&E di University Hospital of Wales lagi. Merasa pusing dan cairan nanah terus keluar dari kulit kepalanya, kedua mata Dinya mengalami kebutaan sesaat. Kelenjarnya membengkak parah dan napasnya menjadi tidak wajar. Ia segera diberi tetesan morfin dan diberi steroid untuk mengurangi pembengkakan bersamaan dengan tim medis yang terus mengawasi denyut jantungnya yang tinggi.
Dan akhirnya, setelah melewati enam jam, rasa sakit di wajahnya mereda dan ia bisa membuka kedua matanya. Setelah menjalani tes alergi pada bulan Mei lalu, diketahui bahwa Dinya mengidap alergi pada bahan kimia bernama para-phenylenediamine (PPD), yang terkandung dalam produk pewarnaan rambut. Produk yang mengandung bahan ini tidak diperbolehkan untuk dijual di beberapa negara Eropa.
Sayangnya, banyak orang yang tidak tahu bahwa PPD bisa sangat berbahaya bagi sebagian orang. Maka disarankan lebih baik untuk menjalani tes alergi bahan kimia sebelum menggunakan produk pewarnaan rambut, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sumber: http://health.detik.com/read/2015/10/22/071251/3050235/763/duh-wajah-bengkak-dan-jadi-buta-sesaat-gara-gara-cat-rambut
Blogger Comment
Facebook Comment